Wednesday 6 February 2013

Penjual Buah Duku yang “Cerdik”



Nah, mungkin para pembaca sedikit bertanya-tanya dengan judul postingan ini. Kenapa saya memberi judul “Penjual Buah Duku yang Cerdik”? Ini bukan judul sebuah dongeng pengantar tidur atau cerita humor. Ini adalah cerita nyata dan sebuah fenomena yang saya coba bagikan ke para pembaca semua. Sedikit informasi tentang buah duku hanya sekedar untuk menambah khazanah keilmuan kita semua. Buah duku adalah buah yang memiliki rasa manis yang ukurannya kecil-kecil dan berwarna kecoklat-coklatan dan agak kuning.
Tentunya kita semua mengetahui si buah manis tersebut. Namun, yang akan saya bahas di sini bukanlah buah dukunya. Tidak ada masalah dengan buah duku tersebut. Tetapi, yang menarik untuk dibahas di sini adalah fenomena aksi pedagang (penjual) buah duku yang terdapat di beberapa jalan protokol di Kota Pekanbaru. Sekilas tidak ada yang salah dengan para pedagang tersebut. Mereka menjual buah duku asli, bukan buah palsu. (Bayangin aja jika ada buah duku tiruan atau palsu dijual, kayak apa yaaa..).
Kembali ke topik, para pedagang menjual sebagaimana biasanya jika pada musim si buah manis ini tiba. Hampir di sepanjang jalan berjejer para pedagang dengan menawarkan buah dukunya. Ada yang dengan kendaraan roda empatnya yang diparkirkan di pinggir jalan, ada pula yang membuat rak penjualan seala kadarnya, dalam artian mereka adalah pedagang musiman saat musim buah duku saja.
Sebagai seorang konsumen, tentunya kita menginginkan barang yang berkualitas dan pastinya dengan harga yang murah. Kita selalu tertarik dengan penawaran harga yang murah meriah. Apa yang terjadi jika Anda melihat sebuah handphone yang Anda dambakan selama ini di sebuah konter dengan label harga yang sangat murah? Bahkan setengah harga dari harga aslinya! Pasti Anda akan menghampirinya dengan tujuan untuk memastikannya, dan tentunya akan ada keinginan untuk membelinya. Dan jika harga tersebut benar-benar murah, pasti tanpa ragu Anda akan membelinya.
Begitu juga yang terjadi dengan sebagian besar pedagang buah duku yang ada di Kota Pekanbaru. Saya sendiri juga agak tercengang dan terheran-heran dengan harga buah duku yang mereka tawarkan. Ada yang memasang label 5.000 besar-besar di dekat dagangannya. Ada pula yang menulis 3.000, 4.000, 8.000, 9.000, 10.000, dll. Apa yang Anda bayangkan dengan harga-harga tersebut? Wow, murah sekali buah duku tersebut. Jangan salah menafsirkan dulu! Mungkin harga-harga tersebut terbayang dalam benak kita adalah harga buah duku perkilonya. Ternyata tidak, harga tersebut adalah harga per setengah kilo gram. Mereka mencoba membuat label harga supaya terlihat murah. Sekilas mereka memang tidak berbohong, tidak menipu pembeli. Karena di label harga tersebut ditulis angka ½. Namun, tulisan angka ½ tersebut tidak seimbang ukurannya dengan label harganya. Bahkan hampir tidak terlihat oleh mata. Bahkan ada yang memajang harga 4.000/4 ons. (Untung saja tidak ada yang mejang 1000/ons. Intinya sama saja 10.000/kg). Namun, masih ada pedagang yang jujur dengan memajang harga seperti mana biasanya, yakni harga perkilo gram.
Mereka memang tidak menipu, tapi pada hakikatnya mereka telah membuat pembeli kecewa dengan cara berdagang mereka untuk menarik pembeli. Jika pembeli sudah terlanjur berhenti untuk membeli, namun ternyata harga yang mereka bayangkan tidak sesuai kenyataan, pastilah pembeli ada yang membeli dengan perasaan terpaksa. Cara berdagang seperti ini entah apa hukumnya dalam Islam. Wallahu ‘A’lam bis Shawaf!!
Yang menjadi pelajaran penting dari cerita di atas adalah:
1.  Bagi pembeli sebaiknya jika ingin membeli barang apapun jangan mudah tertarik dengan harga yang tertera, namun cobalah pastikan kepada pedagang.
2.  Bagi pedagang, sebaiknya berdaganglah seperti mana kebiasaan yang berlaku. Keuntungan di dunia tidaklah bermanfaat bagi kehidupan akhirat jika salah dalam memperolehnya. Jika biasanya harga yang dipajang adalah harga perkilo, maka jangan memajang harga per setengah kilo atau perons seperti di supermarket. Karena hal tersebut akan membuat pembeli terlanjur kecewa dan ada rasa terpaksa.
Semoga apa yang saya sampaikan ini ada manfaatnya bagi kita semua. Saya tidak bermaksud memojokkan sekelompok orang. Namun, saya sekedar membagi informasi demi kebaikan kita semua dan menjadi pelajaran dari pengalaman.