Nah, mungkin para pembaca sedikit bertanya-tanya
dengan judul postingan ini. Kenapa saya memberi judul “Penjual Buah Duku yang Cerdik”? Ini bukan
judul sebuah dongeng pengantar tidur atau cerita humor. Ini adalah cerita nyata
dan sebuah fenomena yang saya coba bagikan ke para pembaca semua. Sedikit informasi
tentang buah duku hanya sekedar untuk menambah khazanah keilmuan kita semua. Buah duku
adalah buah yang memiliki rasa manis yang ukurannya kecil-kecil dan berwarna
kecoklat-coklatan dan agak kuning.
Tentunya kita semua mengetahui si buah manis tersebut.
Namun, yang akan saya bahas di sini bukanlah buah dukunya. Tidak ada masalah
dengan buah duku tersebut. Tetapi, yang menarik untuk dibahas di sini adalah
fenomena aksi pedagang (penjual) buah duku yang terdapat di beberapa jalan
protokol di Kota Pekanbaru. Sekilas tidak ada yang salah dengan para pedagang
tersebut. Mereka menjual buah duku asli, bukan buah palsu. (Bayangin aja jika
ada buah duku tiruan atau palsu dijual, kayak apa yaaa..).
Kembali ke topik, para pedagang menjual sebagaimana
biasanya jika pada musim si buah manis ini tiba. Hampir di sepanjang jalan
berjejer para pedagang dengan menawarkan buah dukunya. Ada yang dengan
kendaraan roda empatnya yang diparkirkan di pinggir jalan, ada pula yang
membuat rak penjualan seala kadarnya, dalam artian mereka adalah pedagang
musiman saat musim buah duku saja.
Sebagai seorang konsumen, tentunya kita menginginkan
barang yang berkualitas dan pastinya dengan harga yang murah. Kita selalu
tertarik dengan penawaran harga yang murah meriah. Apa yang terjadi jika Anda
melihat sebuah handphone yang Anda dambakan selama ini di sebuah konter dengan
label harga yang sangat murah? Bahkan setengah harga dari harga aslinya! Pasti
Anda akan menghampirinya dengan tujuan untuk memastikannya, dan tentunya akan
ada keinginan untuk membelinya. Dan jika harga tersebut benar-benar murah,
pasti tanpa ragu Anda akan membelinya.
Begitu juga yang terjadi dengan sebagian besar
pedagang buah duku yang ada di Kota Pekanbaru. Saya sendiri juga agak tercengang
dan terheran-heran dengan harga buah duku yang mereka tawarkan. Ada yang
memasang label 5.000 besar-besar di dekat dagangannya. Ada pula yang menulis 3.000,
4.000, 8.000, 9.000, 10.000, dll. Apa yang Anda bayangkan dengan harga-harga
tersebut? Wow, murah sekali buah duku tersebut. Jangan salah menafsirkan dulu!
Mungkin harga-harga tersebut terbayang dalam benak kita adalah harga buah duku
perkilonya. Ternyata tidak, harga tersebut adalah harga per setengah kilo gram.
Mereka mencoba membuat label harga supaya terlihat murah. Sekilas mereka memang
tidak berbohong, tidak menipu pembeli. Karena di label harga tersebut ditulis
angka ½. Namun, tulisan angka ½ tersebut tidak seimbang ukurannya dengan label
harganya. Bahkan hampir tidak terlihat oleh mata. Bahkan ada yang memajang
harga 4.000/4 ons. (Untung saja tidak ada yang mejang 1000/ons. Intinya sama
saja 10.000/kg). Namun, masih ada pedagang yang jujur dengan memajang harga
seperti mana biasanya, yakni harga perkilo gram.
Mereka memang tidak menipu, tapi pada hakikatnya
mereka telah membuat pembeli kecewa dengan cara berdagang mereka untuk menarik
pembeli. Jika pembeli sudah terlanjur berhenti untuk membeli, namun ternyata
harga yang mereka bayangkan tidak sesuai kenyataan, pastilah pembeli ada yang
membeli dengan perasaan terpaksa. Cara berdagang seperti ini entah apa hukumnya
dalam Islam. Wallahu ‘A’lam bis Shawaf!!
Yang menjadi pelajaran penting dari cerita di atas
adalah:
1. Bagi
pembeli sebaiknya jika ingin membeli barang apapun jangan mudah tertarik dengan
harga yang tertera, namun cobalah pastikan kepada pedagang.
2. Bagi
pedagang, sebaiknya berdaganglah seperti mana kebiasaan yang berlaku. Keuntungan
di dunia tidaklah bermanfaat bagi kehidupan akhirat jika salah dalam
memperolehnya. Jika biasanya harga yang dipajang adalah harga perkilo, maka
jangan memajang harga per setengah kilo atau perons seperti di supermarket.
Karena hal tersebut akan membuat pembeli terlanjur kecewa dan ada rasa
terpaksa.
Semoga apa yang saya sampaikan ini ada manfaatnya bagi
kita semua. Saya tidak bermaksud memojokkan sekelompok orang. Namun, saya
sekedar membagi informasi demi kebaikan kita semua dan menjadi pelajaran dari
pengalaman.
0 comments:
Post a Comment